ContohResensi Novel Fiksi Laskar Pelangi, Perahu Kertas dan 5 cm 08/02/2017 01/02/2022 oleh Efanur Winda. Kelemahan cerita fiksi bercampur dengan sejarah, biasanya ada pengaburan fakta sejarah yang terjadi. Meski masih dalam koridor sejarah. Penonjolan karakter sosok publik (missal Tan Malaka dalam buku PMI 2) sebaiknya sesuai takaran Problematika Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Kajian Sosiologi Sastra. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1 stuktur novel LaskarPelangikarya Andrea Hirata; 2 problematika sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Bentuk penelitiannya adalah kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan akan berwujud kata-kata dalam kalimat yang mempunyai arti lebih dari sekadar angka atau jumlah yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, menganalisisnya, dan menafsirkan data yang ada. Sumber data yang digunakan, yaitu 1 dokumen dan 2 informan. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu mengkaji dokumen atau arsip content analysys.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis mengalir flow model of analysis yang bergerak dalam tiga komponen reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut. 1 Struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat, 2Problematika sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini adalah kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi yang saling berkaitan yang menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat yang diceritakannya, BAB I Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 729 DOI ISSN-E 2830-6228 Social Problems in the Novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata a Study of Literary Sociology A. Nurhayati1*, Gusni2 1Universitas Muhammadiyah Palopo 2Institut Agama Islam IAI Ass’asiyah Sengkang ABSTRACT Social Problems in the Novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata The Study of Sociology of Literature. Indonesian Language and Literature Education Study Program, University of Muhammadiyah Palopo. The purpose of this study is to describe 1 the structure of the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata; 2 social problems contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata This research uses a sociological approach to literature. The form of the research is descriptive qualitative, the data collected will be in the form of words in sentences that have more meaning than just numbers or amounts that aim to describe or describe what is the problem, analyze it, and interpret the existing data. Sources of data used, namely 1 documents and 2 informants. The data collection technique applied is reviewing documents or archives content analysis. The data analysis technique used is a flow model of analysis, which involves three components of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the results of data analysis, it can be concluded as follows. 1 The structure of the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata includes the theme, plot, characters and characterizations, setting, point of view, and mandate, 2 The social problems contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata are poverty, education, work, and interrelated economic problems that become a problem in the life of the people he tells about, CHAPTER I Keywords Human, Rainbow Lascar Corresponding Author ratunigrat83 Nurhayati dan gusni 730 Problematika Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Kajian Sosiologi Sastra A. Nurhayati1*, Gusni2 1Universitas Muhammadiyah Palopo 2Institut Agama Islam IAI Ass’asiyah Sengkang ABSTRAK Problematika Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Kajian Sosiologi Sastra. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1 stuktur novel LaskarPelangikarya Andrea Hirata; 2 problematika sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Bentuk penelitiannya adalah kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan akan berwujud kata-kata dalam kalimat yang mempunyai arti lebih dari sekadar angka atau jumlah yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, menganalisisnya, dan menafsirkan data yang ada. Sumber data yang digunakan, yaitu 1 dokumen dan 2 informan. Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu mengkaji dokumen atau arsip content analysys.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis mengalir flow model of analysis yang bergerak dalam tiga komponen reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut. 1 Struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat, 2Problematika sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini adalah kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi yang saling berkaitan yang menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat yang diceritakannya, BAB I Kata Kunci manusia,lascar pelangi Submitted 5 October; Revised 18 October; Accepted 26 October Corresponding Author ratunigrat83 Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 731 PENDAHULUAN • Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Karya sastra menurut Horatius dalam Sudjiman, 199212-13 bersifat dulce at utile; menyenangkan dan karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, melalui sebuah proses perenungan terhadap dunia realitas yang dipengaruhi oleh berbagai fenomena. Dunia nyata yang dimaksud dapat dilihat dalam dua kategori besar yaitu kejadian masyarakat secara luas dan masyarakat skala kecil. Masyarakat dalam ukuran luas adalah semua kejadian yang berlangsung di luar diri seorang pengarang, sedangkan masyarakat ukuran kecil diambil dari kegiatan yang terjadi dalam lingkungan diri pribadi sastrawan. Cerita rekaan sebagai karya sastra seharusnya menarik dan merangsang rasa ingin tahu. • Semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu di dalam hidup ini karena bahannya diambil dari pengalaman hidup. Dengan menggunakan berbagai sarana literer pengarang menyajikan cerita yang salah satu aspeknya mirip dengan kenyataan. Ini merangsang keingintahuan pembaca. Ia bukan hanya ingin tahu kelanjutan cerita, melainkan mungkin juga ingin tahu sarana yang digunakan pengarang untuk membuat ceritanya hidup dan memikat. Sarana itu dapat ditemukan di dalam tiap-tiap cerita jika kita membacanya dengan cermat, dengan memperhatikan baik-baik siapa tokoh ceritanya, apa peristiwa yang dialaminya, dan sebagainya. Kita membaca sambil mengkaji atau menganalisis cerita. Pengkajian cerita rekaan juga membantu pembaca memahami cara pengarang mengungkapkan batinnya secara kreatif. • Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari ikatan suatu masyarakat serta hidup secara individual tanpa adanya pengaruh dari manusia yang lain. Kehidupan bermasyarakat dan kodratnya sebagai makhluk sosial itulah yang menuntut manusia untuk terus melakukan interaksi dalam kehidupannya. Mereka menggunakan bahasa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama karena bahasa merupakan alat yang paling sempurna dan mendasar dalam proses interaksi. Tidak ada satu hal pun dalam interaksi manusia yang terlepas dari penggunaan bahasa. Maka dari itu bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia keterkaitan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. • Dunia sastra berkembang sesuai dengan kehidupan dan perubahan zaman. • Buku-buku kesusastraan bertambah tidak saja dalam jumlah, tetapi juga dalam corak dan sifatnya, perbedaan pikiran, gaya bentuk maupun masalahnya. Hal itu terlihat pula dalam sejarah perkembangan kesusastraan itu dari era ke era. Ada ciri khas tersendiri pada setiap generasi yang menarik untuk selalu disimak baik dari segi tema maupun gaya penceritaannya. Dewasa ini novel bertema remaja, cinta, seks banyak bermunculan di peredaran. Tema yang begitu menjual tapi kurang mendidik bagi pembaca pada umumnya. Namun dari sekian banyak itu, masih terdapat beberapa novel yang berusaha untuk tidak tergoda dengan tema itu dan berusaha memberikan tema lain yang dikemas secara apik sehingga menjadikan sebuah bacaan yang bermutu dan berkualitas. Nurhayati dan gusni 732 • Salah satu dari beberapa novel tersebut, terdapat sebuah novel yang menjadikan pendidikan sebagai temanya. Memiliki gaya penceritaan yang apik dan penggunaan sudut pandang serta setting yang terperinci yang menjadikannya sebuah novel yang enak dan layak dibaca. Diramu menjadi sebuah bacaan yang imajinatif, sugestif, serta mendidik bagi pembaca. Novel ini adalah LaskarPelangi karya Andrea Hirata. Novel ini juga telah dijadikan bahan kajian skripsi maupun tesis di berbagai Universitas. • Beberapa komentar positif tentang novel ini pun bermunculan. Andrea Hirata telah mengalami lompatan yang gemilang untuk mengikuti jejak sang legenda Buya Hamka, berkarya dan menjadi fenomena. Meskipun novel ini bernilai yang bersumber dari Islam, seperti halnya novel Buya Hamka, namun dapat diterima berbagai kalangan kaum beragama dan kepercayaan tanpa ada perasaan terancam. Laskar Pelangi menembus batas lintas agama Asrori. S. Karni, 2008 5, novel ini merupakan potret kualitas pendidikan nyata bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Sapardi Djoko Damono dalam Laskar Pelangi 2005, seorang sastrawan dan guru besar fakultas Ilmu Budaya UI bahwa Laskar Pelangi merupakan sebuah ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala dan kualitas pendidikan. Korrie Layyun Lampan, seorang sastrawan dan ketua komisi DPRD Kutai Barat dalam Laskar Pelangi 2005 menyatakan bahwa Laskar Pelangi merupakan cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia yang sederhana, jujur, tulus, gigih, ulet, penuh dedikasi, sabar dan takwa, yang dituturkan secara indah dan cerdas. Kemiskinan, sebagai sebuah penyakit sosial harus diperangi dengan adanya pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Dalam hubungan itu hendaknya semua harus berperan aktif sehingga terbangun sebuah monumen kebajikan di tengah arogansi kekuasaan dan materi. • Beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwa novel ini sangat berkualitas baik secara isi, kedalaman makna, serta cara penyampaiannya. Sebuah novel yang dapat membangkitkan kembali semangat berjuang untuk memajukan dunia pendidikan yang berbekal keyakinan bahwa cita-cita setinggi apapun akan dapat tercapai dengan tekad dan optimisme. Semua ini terangkum dalam pernyataan yang diungkapkan Garin Nugroho, seorang sineas dalam Laskar Pelangi 2005 bahwa di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang menarik. • Buku ini ditulis dalam semangat realitas sekolah, sebuah dunia yang tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam semangat humanis yang menyentuh. Masalah sosial yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi merupakan sebuah realita dalam pendidikan di Indonesia. Novel ini menceritakan tentangkemiskinan dan hubungannya dengan pendidikan, betapa sulit pendidikan di salah satu pulau terkaya di Indonesia. Mereka tetap berjuang dan berusaha keras menempuh pendidikan di tengah kemiskinan yang ada dalam masyarakat Belitong. Mereka bertujuan mengentaskan kemiskinan itu dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat pada saat karya tersebut diciptakan. Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 733 • Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ririh Yuli Atminingsih pada tahun 2007 yang berjudul ”Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel LaskarPelangi karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi, yaitu simile, metafora, dipersonifikasi, hiperbola, ironi, paradoks, metonimia, alusio, dan lain sebagainya. Novel Laskar Pelangi juga mengandung beberapa nilai didik yang meliputi nilai religius, nilai sosial, dan nilai moral. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pembelajaran bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI, menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai bahan ajar dan sesuai dengan kurikulum yang ada. METODOLOGI A. Jenis Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal indivudu atau kelompok, keadaan, gejala, atau fenomena yang lebih berharga daripada hanya pernyataan dalam bentuk angka-angka dan tidak terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan interpretasi data Sutopo, 1997 8-10. Subroto 1992 5 mengatakan bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak dirangsang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Metode ini bersifat deskriptif sehingga datanya berupa kalimat yang dianalisis dari segi kegramatikalannya dengan menggunakan teori atau pendekatan tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ancangan struktural, maksudnya meneliti dan memerikan serta menerangkan segi-segi tertentu mengenai struktur bahasa berdasarkan fakta-fakta kebaAlwi yang dijumpai dalam pertuturan Subroto, 1992 32. Pemilihan jenis penelitian kualitatif deskriptif ini disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas dan tujuan penelitian. Untuk membahas permasalahan dan mencapai tujuan penelitian, penelitian kualitatif deskriptif menggunakan strategi berpikir fenomenologis yang bersifat lentur dan terbuka serta menekankan analisisnya secara induktif dengan meletakkan data penelitian bukan sebagai alat pembuktian, tetapi sebagai modal dasar untuk memahami fakta-fakta yang ada Sutopo, 1997 47. B. Desain Penelitian Pada penelitian ilmiah diperlukan suatu desain penelitian yang sesuai dengan kondisi yang seimbang dengan kadar penelitian yang dikerjakan. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian Nasir, 198599. Penelitian terhadap novel “Laskar Pelangi” diarahkan pada penelitian deskriptif kualitatif yang merujuk pada segi alamiah. Adapun fakta yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini yaitu problematika sosial yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini Nurhayati dan gusni 734 diarahkan untuk memperoleh deskripsi yang objektif dan akurat dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. C. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah novel “Laskar Pelangi” yang ditulisoleh Andrea Hirata dengan kajian sosiologi sastra khususnya problematika sosial.. D. Definisi Konsep Demi menghindari tumpang tindih pemakaian istilah dalam penelitian, maka akandiberikan batasan definisi utamanya untuk mempermudah pemahaman terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, serta menyatukan pengertian sebuah istilah. Berikut beberapa istilah yang dipergunakan dalam penenelitian ini. sosial adalah masalah-masalah kemasyarakatan berupa kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi yang menimbulkan kesenjangan di masyarakat sastra adalah merupakan salah satu metode telaah sastra yang mengaitkan antara hasil karya sastra dengan masyarakat pada saat karya tersebut diciptakan. E. Fokus Penelitian Fokus kajian dalam penelitian ini yaitu problematika sosial meliputi kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Instrumen penelitian disesuaikan dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data untuk mencatat data yang mendukung kegiatan penelitian seperti mencatat kalimat atau kutipan dari novel yang mendukung permasalahan mengenai problematika sosial yaitu kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. G. Data dan Sumber Data Sumber data dan data dalam penelitian merupakan dua hal pokok yang harus diklarifikasikan dalam penelitian. Sumber data merupakan sumber dari mana data dapat diperoleh. Yang dimaksud data ialah semua informasi atau bahan mentah yang disediakan alam dalam arti luas yang harus dicari dan dikumpulkan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang diteliti Subroto, 1992 34. Sehingga data itu merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap masalah yang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah data kebahasaan berupa satuan-satuan lingual yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Satuan-satuan lingual tersebut berwujudproblematika sosial dalam novelLaskar Pelangi karya Andrea Hirata. Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 735 Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi diterbitkan oleh Penerbit Bentang Pustaka Yogyakarta, cetakan ke dua puluh, Maret 2008 setebal xviii + 534 halaman. H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah teknik pustaka, teknik simak, dan catat. Teknik pustaka yaitu pencarian data dengan menggunakan sumber-sumber tertulis yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis Subroto, 1992 42. Teknik pustaka merupakan pengambilan data dari sumber tertulis oleh peneliti dalam rangka memperoleh data beserta konteks lingual yang mendukung untuk dianalisis. Pengumpulan data melalui teknik pustaka ini dilakukan dengan membaca, mencatat, dan mengumpulkan data-data dari sumber data tertulis. Selanjutnya sumber tertulis itu dilakukan pembacaan dengan seksama lalu dipilih tuturan yang relevan sebagai data yang dianalisis. Setelah itu, data dicatat dalam kartu data. Data-data yang telah dikumpulkan lalu diperikan sesuai dengan rumusan masalah untuk dianalisis. Pengambilan data dilakukan dengan teknik simak dan catat yaitu peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan terhadap data secara cermat. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui wujud data penelitian yang benar-benar diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jadi terdapat aspek penyeleksian dalam pengambilan data dari sumber data. Berdasarkan penyimakan secara cermat dan teliti itu kemudian dilakukan pencatatan data. Penyimakan itu sebenarnya dapat dilakukan baik terhadap aturan-aturan yang dilisankan maupun yang dituliskan atau tertulis Subroto, 1992 41-42. Pencatatan data dalam penelitian ini dengan menerapakan kartu data. Data dicatat pada kartu data yang telah disiapkan dengan diberi nomor urut data dan keterangan sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga akan mudah mengklasifikasikan data dan menganalisisnya. I. Teknik Analisis Data Proses analisis dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis mengalir. Analisis mengalir ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tiga kegiatan ini terjadi secara bersamaan dan saling menjalin, baik sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data secara paralel Milles, 199213. Bilamana hal itu tidak dilakukan maka akibatnya peneliti akan banyak menghadapi kesulitan karena banyaknya data yang berupa deskripsi kalimat. Proses menganalisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan seperti berikut ini. Kegiatan yang dilakukan sebelum menganalisis data, bahwa data yang telah terkumpul diklasifikasikan terlebih dahulu. Langkah mengklasifikasikan data ini merupakan langkah selanjutnya setelah data dikumpulkan dengan teknik- teknik yang telah disebutkan teknik pustaka, simak, dan catat. Klasifikasi itu dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan Nurhayati dan gusni 736 analisis. Klasifikasi data ini mencakup problematika sosial kemudian diamati secara kritis dan mendalam. Langkah selanjutnya adalah reduksi data, yaitu proses seleksi data, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar dalam rangka penarikan kesimpulan. Pada saat reduksi data ini, data yang telah diklasifikasikan diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka menemukan fokus penelitian. Artinya data berupa bagian deskripsi dan refleksinya disusun dalam rumusan yang singkat berupa pokok-pokok penemuan yang penting yang disebut reduksi data. Sejak pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen kunci sudah mulai memahami adanya data, karakteristik data, dan hal-hal yang dianggap bernilai dalam penarikan kesimpulan. Jadi data itu pada satu segi harus ditunjukkan sebagai data pembuktian data display, namun pada segi lain data semakin dapat direduksi datareduction. Reduksi data dilakukan untuk menangkap makna dan fungsi yang menonjol dan utama dari segi tertentu yang dianalisis Subrotoo, 199760. Setelah itu, membuat penyajian data. Menurut Sutopo 1997 61 penyajian data merupakan proses merakit atau mengorganisasikan informasi yang ditemukan yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Mengorganisasikan informasi penelitian yang ditemukan ini merupakan proses intelektual yang penting dalam penelitian kualitatif. Adapun komponen unsur-unsur novel dalam kerangka kajian sosiologi sastra itu disajikan dalam uraian, kemiskinan, pendidikan, pekerjaan, dan ekonoimi. Langkah berikutnya membuat verifikasi atau penarikan kesimpulan sebagai langkah yang esensial dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas pengorganisasian informasi yang diperoleh dalam analisis data. Kemudian dilakukan penafsiran intelektual terhadap simpulan-simpulan yang diperoleh. Peneliti menarik kesimpulan dan verifikasi berdasarkan reduksi maupun sajian data, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga pendalaman untuk menjamin mantapnya hasil penelitian Sutopo, 199788. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Struktur Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Struktur novel Laskar Pelangi dibangun oleh unsur tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, dan sudut pandang. a. Tema Novel ini bertema tentang pendidikan. Namun terdapat pula sub- sub tema, seperti kemiskinan dan percintaan. b. Penokohan Novel ini terdiri dari beberapa tokoh yang membangun cerita. Terdapat lebih dari sepuluh tokoh yang ditampilkan. Tokoh tersebut terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Ikal aku, Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 737 Lintang dan Mahar sedangkan tokoh tambahannya adalah Syahdan, Kucai, Bore Samson, A Kiong, Harun, Trapani, Sahara, Flo, serta guru mereka yaitu Bu Muslimah dan Pak Harfan. Kesepuluh siswa ini dinamakan Laskar Pelangi. Penokohan dalam novel ini diceritakan begitu lengkap, detail, dan menyeluruh sehingga karakter yang ditampilkan begitu kuat dan utuh. c. Latar / Setting Latar dalam novel Laskar Pelangi dibagi menjadi 1 Latar Tempat Terdapat beberapa tempat yang menjadi latarnya, antara lain Sekolah Muhammadiyah, Gedong, Sekolah PN, Sebuah jalan di penggir rawa, pohon filicium, toko Sinar Harapan, halaman kelenteng, podium kehormatan, Pangkalan Punai, tempat lomba kehormatan, masjid Al hikmah, gunung Selumar, di atas perahu, pulau Lanun, bioskop, serta Zaal batu. Semua tempat ini berada di Belitong, kecuali sebagian kecil buku ini yang bertempat di Jakarta yang menceritakan kehidupan tokoh utama menjadi tukang pos setelah ia dewasa. Latar berfungsi juga sebagai pendukung dan penjelas dari tema. 2 Latar Waktu Penggambaran waktu yang dipakai dalam novel ini berupa penunjukan jam, tingkat kelas yang ditempuh, senja, menjelang magrib, setelah subuh, pada waktu pagi, sore, di siang ini serta penyebutan hari. 3 Latar Sosial Novel ini bercerita tentang keadaan masyarakat di Belitong yang pada umumnya miskin. Belitong adalah nama dari sebuah pulau di daerah Sumatera. Kemiskinan yang terjadi itu tak lebih dari potret ketidak merataan dari distribusi kekayaan dari salah satu daerah terkaya di ini adalah penghasil timah terbesar di Indonesia, PN Timah sebagai pengelolanya merupakan simbol dari kemegahan Belitong. Sebuah paradoks yang terjadi dalam masyarakat. Penduduk Belitong pada umumnya beragama Islam dan sebagian besar merupakan ras Melayu yang masih memegang teguh adat istiadat dan mitos yang mereka percaya. d. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang aku sebagai orang pertama. Tokoh aku menjadi pangkal pengarang dalam menceritakannya. Hal-hal yang berhubungan dengan aku menjadi sesuatu yang sangat penting serta menjadi pusat cerita dalam novel tersebut. Tokoh ini memiliki jangkauan yang terbatas dalam penceritaannya, hanya sebatas sesuatu yang dialami oleh tokoh tersebut. Pada akhir buku ini, tokoh aku berganti,dari yang semula Ikal menjadi Syahdan, teman Ikal yang juga termasuk dalam anggota Laskar Pelangi. Nurhayati dan gusni 738 e. Amanat Amanat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini antara lain adalah ajakan kita untuk bersyukur dalam hidup. Kisah tentang semangat menempuh pendidikan di tengah minimnya fasilitas serta kemiskinan yang ada di Belitong membuat kita paham untuk lebih bersyukur dalam kehidupan. Selain itu, Novel ini juga mengandung amanat tentang himbauan untuk tetap berpegang teguh pada ajaran agama. Amanat yang lain adalah kerja keras serta tekad yang pantang menyerah yang harus kita lakukan dalam menggapai tujuan yang kita impikan. Novel ini menyarankan pembaca untuk bertindak secara rasional tanpa melibatkan dunia klenik. Karena ada sebab ada akibat. Sesuatu tidak akan datang dari langit secara tiba-tiba. f. Alur Alur dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yaitu alur maju. Alur maju adalah rangkaian cerita yang urutannya sesuai dengan urutan waktu perihal atau cerita yang bergerak ke depan. 2. Problematika Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Masalah sosial yang terihat jelas dalam novel tersebut adalah penduduk Belitong yang pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan adalah dasar dan muara dari berbagai masalah sosial yang terdapat dalam novel ini. Kemiskinan menjadikan hidup mereka sengsara serta menderita. Hal ini disebabkan oleh minimnya SDM serta pendidikan yang mereka miliki. Mereka tidak beranggapan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting pada anak-anaknya karena pendidikan tidak akan dapat mengubah masa depan keluarga mereka. Pendidikan yang rendah inilah yang menyebabkan mereka tidak memiliki pekerjaan yang layak karena mereka tidak mempunyai sesuatu yang dapat diandalkan. Kualitas SDM mereka jelas kalah jauh jika dibandingkan dengan yang lain. Pekerjaan yang mereka dapatkan tidak lebih dari pekerjaan rendahan, misalnya, karyawan rendahan PN, kuli panggul dan nelayan. Pekerjaan ini tentunya merupakan pekerjaan tanpa upah yang maksimal. Upah yang minim inilah yang menyebabkan ekonomi mereka berjalan stagnan pada level tertentu. Mereka tidak dapat menaikkan ekonomi mereka ke taraf yang lebih baik. Hal demikian yang menjadikan kehidupan mereka terusdilanda kemiskinan, menjadikan sebuah masalah sosial seperti sebuah lingkaran setan tanpa ujung. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masalah sosial beserta pemecahannya. Novel ini memiliki beberapa masalah sosial seperti yang telah diuraikan di atas beserta sebuah solusinya. Solusi dari masalah tesebut tak lain adalah dengan adanya pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Pendidikan seperti ini dapat terwujud jika ada minat serta perasaan membutuhkan, semangat dan haus akan ilmu yang dimiliki siswa. Selain itu mutlak diperlukan seorang guru yang berkompeten serta memiliki kepribadian yang tangguh. Semua ini dilukiskan dengan baik oleh pengarang melalui kehidupan di sekolah miskin Muhammadiyah. Formosa Journal of Sustainable Research FJSR 2022 729-740 739 Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup pengarang. Latar belakang dari penulisan novel ini adalah keinginan pengarang untuk memberikan sesuatu yang berharga kepada gurunya. Sesuatu yang berharga tersebut adalah sebuah buku. Buku dianggap berharga karena dalam perjalanannya selama menempu pendidikan, buku merupakan barang yang dianggap mewah. Semua ini tak lain adalah sebuah bentuk penghargaan dan apresiasi pengarang kepada gurunya atas upayanya dalam memajukan pendidikan selama ini KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. 2. Problematika sosial yang terdapat dalam novel meliputi masalah kemiskinan, pendidikan, dan pekerjaanPekerjaan ini tentunya merupakan pekerjaan tanpa upah yang maksimal. Upah yang minim inilah yang menyebabkan ekonomi mereka berjalan stagnan pada level tertentu. Mereka tidak dapat menaikkan ekonomi mereka ke taraf yang lebih baik. Hal demikian yang menjadikan kehidupan mereka terus dilanda kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA Apresasi Prosa Fiksi. Bandung Sinar Baru. Dewey, John. 1990. Literature is a Social Institution. From British Journal of Special Literature. No. 1 page 154. http/ diaksestanggal 9 Januari 2018. Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar Badan Penerbit UNM. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Widyatama Faruk, 1994. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post Modernisme. Yogyakarta Pustaka Pelajar Hartoko,Dick dan B. Rahmanto. 1985. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Hirata, Andrea. 2005. Laskar Pelangi. Yogyakarta Bentang. Idianto M. 2004. Sosiologi Sastra untuk SMA kelas X. Jakarta Erlangga. Jabrohim 2001. Metodologi Penelitian Hanindita. Junus, Umar. 1986. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Surakarta UNS Press. Machdy, Mohammad. 2009. Masalah Sosial. Http// Diakses tanggal 15 Januari 2018. Milles M, B dan Michaell H. 1992. Analisis Data Kulitatif. Jakarta Universitas Indonesia Press. Nasir, Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah University Press. Nurhayati dan gusni 740 Paul G. Paris. 2003. The International Baccalaurude Literatue of the Social Mirror. Paul G. Paris, the flinder University, School of Literature Journal Vol. 4, No. 3, http/ 232Diakses tanggal 9 Januari 2018. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Teori, Mode dan Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Ririh Yuli Atminingsih. 2007. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Skripsi. Universitas Sebelas diterbitkan. Diunduh 18 Januari 2018. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra Pendekatan, metode, tekhnik dan kiat. Yogyakarta Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra; Sebuah Pemahaman Bayu Media dan UMM Press. Semi, Atar. 2003. Anatomi Sastra. Bandung; Angkasa Raya. Soekanto, Soejono. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta PT Raja Grafindo. Penelitian Kualitatif Jakarta Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta Pustaka Jaya. Sutopo, 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif Metodologi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta Press Tang, Muhammad Rapi. 2007. Pengantar Teori Sastra yang Relevan Sebuah Alternatif Pengkajian Ilmiah. Makassar Badan Penerbit UNM. Tarigan, Henry Prinsip-Prinsip Dasar Angkasa. Teeuw, A. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. __________ 1995. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta Gramedia. Waluyo, 2002. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta UNS Press. Wellek, Rene and Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Diterjemahkandalam Bahasa Indonesia Oleh Melani Gramedia. Wiyatmi. 2005. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta Pustaka. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Pustaka AminuddinDAFTAR PUSTAKA Apresasi Prosa Fiksi. Bandung Sinar is a Social InstitutionJohn DeweyDewey, John. 1990. Literature is a Social Institution. From British Journal of Special Literature. No. 1 page 154. http/ diaksestanggal 9 Januari Prosa Fiksi dan DramaAbdullah DolaDola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar Badan Penerbit Penelitian SastraSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Widyatama Faruk, 1994. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai Post Modernisme. Yogyakarta Pustaka Pelajar Hartoko,Dick dan B. Rahmanto. 1985. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta Pustaka Sastra untuk SMA kelas XM IdiantoIdianto M. 2004. Sosiologi Sastra untuk SMA kelas X. Jakarta Erlangga. Jabrohim 2001. Metodologi Penelitian Sastra Sebuah PengantarUmar JunusJunus, Umar. 1986. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Surakarta UNS MachdyMachdy, Mohammad. 2009. Masalah Sosial. Http// Diakses tanggal 15 Januari MillesH Dan MichaellMilles M, B dan Michaell H. 1992. Analisis Data Kulitatif. Jakarta Universitas Indonesia NasirNasir,
Οдሪյቨςу ዖኞωχыբեኑεΩհуςαзваյу орիцаհεճխችи ዝ
Иφо иሡиг լըሣуዡяሁխВεзևչеն վαх վоИскխվиз ሡա
Τխсዝ ፀ եГлуги иνезիφ ожапрУвεж ቄηиቫ
Θբի еχиዔиմегл цИኘኪնей пушθдοхԽքиնο ֆοдеψኧηፍш
Гεснохрէ уዕакеνеኤዬՂо окαգаς вԼоթигыдըр ምснесрицωф скихሰዖըкр
NovelLaskar Pelangi merupakan novel yang fenomenal karena sarat dengan nilai-nilai moral dan pendidikan, yang jarang ada dalam karyakarya - seperti ini. Laskar Pelangi adalah sebuah kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitung pinggiran. semangat anak-anakAndrea menggambarkan kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan.
JAKARTA, - Laskar Pelangi merupakan salah satu film inspiratif Indonesia yang tayang pada 2008. Film ini diadaptasi dari novel best seller berjudul sama karya Andrea Hirata dan mendapat sambutan positif dengan perolehan penonton mencapai juta di 125 menit, Laskar Pelangi merupakan film hasil garapan kerjasama sutradara Riri Riza, penulis skenario Salman Aristo, dan produser Mira Lesmana. Baca juga Sinopsis Film The Golden Era, Kisah Inspiratif Seorang Penulis Tiongkok, Tayang di Viu Pada 1970, di desa Gantong, Pulau Belitung, terdapat sebuah gedung sekolah SD dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sekolah ini bernama SD Muhammadiyah Gantong dan menjadi satu-satunya tempat bersekolah anak-anak miskin di desa ini juga terancam ditutup oleh dinas pendidikan setempat karena kekurangan murid. Baca juga Film Sejuta Sayang Untuknya, Kisah Menyentuh Hati yang Tayang Hari ini di Disney+ Pemerintah mensyaratkan minimal ada 10 siswa yang bersekolah namun kini hanya ada sembilan siswa yang mendaftar di SD tersebut. Bapak Harfan Ikranagara selaku kepala sekolah hampir menyerah tapi Bu Muslimah Cut Mini tetap percaya akan ada satu lagi siswa yang mendaftar. Nasib sekolah terselamatkan dengan hadirnya Harun Jeffry Yanuar, siswa keterbelakangan mental dan Lintang Ferdian, siswa miskin tapi jenius. Baca juga Sinopsis Film Rentang Kisah, Adaptasi Novel Gita Savitri, Tayang Besok di Disney Plus Hotstar Sejak saat itu, Bu Muslimah dengan keikhlasan hati mendidik ke 11 muridnya dengan segala keterbatasan dan menamai mereka dengan julukan anak-anak Laskar Pelangi.

NovelLaskar Pelangi , BLOG PENDIDIKAN , Novel Laskar Pelangi | BLOG PENDIDIKAN . By_Atok Dwi Wibowo, S.Pd. Image by · Menemukan fakta dan opini Ciri-Ciri Novel Angkatan 20-an dan 30-an. Novel Angkatan 20-an dan 30-an Ciri-ciri Novel Angkatan 20-30an 1. Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa 2.

1DIMENSI SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh SUTRI A 310 050 077 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realias sosial kemasyarakatan. Wellek 1993 3 mengemukakan sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaanya tidak merupakan gejala yang universal Chamamah dalam Jabrohim, 2003 9. Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampaiannya. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalui proses imajinasi Aminuddin, 1990 57. Karya sastra memiliki objek yang berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas sosial dan pengalaman pengarang. Hal ini sejalan dengan pemikiran Pradopo 2002 359 yang mengemukakan bahwa karya sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang. Sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak akan lepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan. Semua itu berpengaruh dalam proses penciptaan karya sastra. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Pradopo 2001 61 yang mengemukakan bahwa karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya. Akan tetapi karya sastra tidak hadir dalam kekosongan budaya. Herder dalam Atmazaki, 1990 44 menjelaskan bahwa karya sastra dipengaruhi oleh lingkungannya maka karya sastra merupakan ekspresi zamannya sendiri sehingga ada hubungan sebab akibat antara karya satra dengan situasi sosial tempat dilahirkannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Sebuah karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Ditinjau dari segi pembacanya karya sastra 4merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dan refleksi berbagai permasalahan dalam kehidupan. Media karya sastra adalah bahasa, fungsi bahasa sebagai bahasa karya sastra membawa ciri-ciri tersendiri. Artinya bahasa sastra adalah bahasa sehari-hari itu sendiri, kata-katanya dengan sendirinya terkandung dalam kamus, perkembangannya pun mengikuti perkembangan masyarakat pada umumnya. Tidak ada bahasa sastra secara khusus, yang ada adalah bahasa yang disusun secara khusus sehingga menampilkan makna-makna tertentu Ratna, 2006 334-335. Karya sastra bukan hanya untuk dinikmati tapi juga dimengerti, untuk itulah diperlukan kajian atau penelitian dan analisis mendalam mengenai karya sastra. Chamamah dalam Jabrohim, 2003 9 mengemukakan bahwa Penelitian sastra merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu memerlukan metode yang memadai adalah metode ilmiah. Keilmiahan karya sastra ditentukan oleh karakteristik kesastraannya. Widati dalam Jabrohim, 2003 31 menjelaskan bahwa Penelitian adalah proses pencarian sesuatu hal secara sistematik dalam waktu yang lama tidak hanya selintas dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku agar penelitiannya maksimal dan dapat dipahami oleh masyarakat luas. 5Dibutuhkannya pemahaman masyarakat terhadap karya sastra yang dihasilkan pengarang maka penelitian ini menggunakan metode penelitian Sosiologi Sastra. Sosiologi Sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya Ratna, 2003 3. Sosiologi Sastra diterapkan dalam penelitian ini karena tujuan dari Sosiologi Sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan dalam hal ini karya sastra dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial Ratna, 2003 11. Novel merupakan salah satu ragam prosa di samping cerpen dan romanselain puisi dan drama, di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya secara sistematis serta terstruktur. Hal ini sejalan dengan pemikiran Sudjiman, 1990 55 yang menyatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh, dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur. Diantara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di antaranya a novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah 6kemasyarakatan yang paling luas, b bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris Ratna, 2006 335-336. Novel Laskar Pelangi karya novelis Andrea Hirata buah karya yang mencengangkan. Sebagai karya pertama yang ditulis seseorang yang tidak berasal dari lingkungan sastra, dan tidak tunduk pada selera pasar. Kelebihan novel Laskar Pelangi LP adalah ceritanya diangkat dari kehidupan nyata. Novel-novel sekarang biasanya hanya menceritakan tentang percintaan dan ekspose seksualitas tetapi tidak pada novel Laskar Pelangi LP. Novel ini mengisahkan sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera Selatan. Mereka bersekolah di sebuah SD Muhammadiyah di Belitong yang bangunannya hampir rubuh dan di malam hari menjadi kandang ternak. Sekolah itu hampir ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Keberuntungan atau lebih tepatnya takdir, masih berpihak pada sepuluh anak kampung Pulau Belitong tersebut. Sebelum sekolah tersebut ditutup, ada salah satu siswa yang bernama Harun mendaftarkan diri. Akhirnya, sekolah ini tetap eksis dan bisa terus melanjutkan pendidikannya untuk anak-anak Belitong. Kelebihan yang dimiliki pengarang Andrea Hirata di dalam karya-karyanya yaitu dari segi stilistik yang menarik, mengungkapkan 7setiap kejadian secara sistematis, terarah dan kronologis, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji masalah-masalah yang terdapat di dalam novel tersebut. Dimensi sosial dalam hal kesenjangan perekonomian dan kemiskinan membawa tokoh-tokoh dalam novel ini, anak-anak sekolah yang serba kekurangan tetapi memiliki sumber inspirasi yang kuat yang terjelma pada guru-gurunya. Inspirasi ini menjadi motivasi membentuk pribadi yang mandiri dan menjadi sarana mencapai cita-citanya. Perekonomian dan kemiskinan yang menjadi inti novel tersebut. Kesenjangan ini mendorong semangat kaum muda yang mencintai tanah kelahirannya, Belitong untuk belajar dengan penuh ketekunan diakses Senin, 30 Juni 2008. Kesenjangan sosial dalam hal kemiskinan dan perekonomian tampak jelas dengan adanya sekolah khusus yang dibentengi dengan tembok tinggi bagi karyawan PN Timah yang menyediakan sarana-prasarana pendidikan memadai, fasilitas yang lengkap, dan kehidupan yang layak sedangkan SD Muhammadiyah tidak mempunyai semua fasilitas yang dimiliki oleh sekolah PN Timah, semangat anak-anak kampung miskin tersebut untuk berjuang dengan gigihnya agar dapat belajar tidak pernah padam walaupun dalam keadaan yang serba terbatas. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang sehingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama. 8Terbitnya Laskar Pelangi membawa Andrea Hirata Bersama Menteri Agama Maftuh Basyuni, Deddy Mizwar, Habiburrahman El Shirazy, Yusuf Mansyur, dan Ratna Megawangi, dipilih oleh Republika sebagai Tokoh Perubahan 2007 The Sound of Moral diakses Senin, 30 Juni 2008. Novel Laskar Pelangi pada awalnya ditulis Andrea Hirata sebagai hadiah ulang tahun gurunya ibu Muslimah tetapi naskah tersebut hilang “tercuri” namun, di luar dugaan, akibat "tercuri"nya naskah tersebut oleh seorang sahabat, maka Laskar Pelangi pun diterbitkan. Nama Andrea Hirata meroket di kancah sastra. Tidak tanggung-tanggung, angka penjualan buku itu mencapai setengah juta eksemplar. Kesuksesannya pun berulang dengan diterbitkannya dua novel berikutnya, Sang Pemimpi dan Edensor. Sedangkan buku ke-4-nya yakni Maryamah Karpov akan terbit setelah Laskar Pelangi di filmkan dan disutradarai oleh Riri Riza dengan produser Mira Lesmana diakses Senin, 30 Juni 2008. Suksesnya Laskar Pelangi yang mengangkat kehidupan kaum pinggiran nan miskin dan terlupakan di Pulau Belitong sekarang Provinsi Bangka Belitung menjadikan tokoh Ikal, Lintang, Mahar dkk sebagai pahlawan-pahlawan baru menggantikan tokoh `si Cowok Idaman’ dalam kebanyakan karya teenlit atau tokoh ‘Nayla’ si Trauma Seks’ dalam kebanyakan sastra kelamin saat ini. Maka tak heran, bila sejumlah kritikus sastra memandang Laskar Pelangi sebagai fenomena baru, baik di ranah 9kesusastraan maupun perfilman nasional. Hampir semua komentar pembaca memberikan pujian, mulai dari cerpenis Linda Christanty, sineas Garin Nugroho dan Riri Riza, kritikus sastra Nicola Horner, pecinta sastra Diphie Kuron, novelis Ahmad Tohari, sastrawan Korrie Layun Rampan, Kak Seto, pemikir dan mantan Ketua Umum Muhamadiyah Prof. Dr. Syafii Ma’arif, sampai penyair-kritikus sastra Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono diakses Senin, 30 Juni 2008. Novel Andrea Hirata menarik karena beberapa hal. Pertama, ia menceritakan kehidupan suatu daerah yang hampir tak pernah masuk dalam pengetahuan sastra Indonesia, yakni Pulau Belitong. Pulau timah ini hanya dikenal dalam pembicaraan ekonomi dari pertambangannya oleh pemerintah, tetapi tidak dikenal perikehidupan penduduk pribuminya. Karya Andrea ini memberikan informasi tangan pertama tentang kehidupan masyarakat Belitong yang "menderita" tersebut. Kedua, Andrea mengangkat suatu tema yang menarik tentang bagaimana seorang anak yang dilahirkan dan hidup dalam kemiskinan serta perekonomian keluarga yang tak menentu akhirnya mencapai status terpandang dengan melanjutkan studinya ke Eropa. Inilah cerita keajaiban. Bardasarkan uraian diatas dapat dijelaskan secara rinci alasan penelitian adalah sebagai berikut 1. Novel Laskar Pelangi menampilkan tokoh anak-anak sekolah yang serba kekurangan tetapi memiliki sumber inspirasi kuat terjelma pada 10guru-gurunya. Inspirasi ini menjadi motivasi membentuk pribadi yang mandiri dan menjadi sarana mencapai cita-citanya. 2. Sepengetahuan penulis, novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata belum dianalisis secara khusus dengan pendekatan Sosiologi Sastra terutama berhubungan dengan dimensi sosial perekonomian dan kemiskinan. 3. Analisis terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan pendekatan Strukturalisme Genetik Lucien Goldman diperlukan untuk mengetahui dimensi sosial perekonomian dan kemiskinan. Berdasarkan paparan di atas, maka novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dianalisis dengan tinjauan Sosiologi Sastra untuk mengetahui dan mendeskripsikan dimensi sosial terkait dengan kesenjangan perekonomian yang di fokuskan pada masalah kemiskinan. B. Pembatasan Masalah Mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai, diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi masalah dimensi sosial yang terkait dengan kesenjangan perekonomian dan difokuskan pada masalah kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 11C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? 2. Bagaimanakah dimensi sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan tinjauan Sosiologi Sastra? D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. 2. Mendeskripsikan dimensi sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan tinjauan Sosiologi Sastra. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfatkan teori Sosiologi Sastra. 12b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori sastra dan teori Sosiologi dalam mengungkapkan novel Laskar Pelangi. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang dimensi sosial dalam hal kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang dimensi sosial terkait dengan kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. c. Melalui pemahaman mengenai perkembangan dimensi sosial terkait dengan kesenjangan perekonomian dan kemiskinan diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalan novel Laskar Pelangi. F. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian dan analisis sebelumnya ini akan dipaparkan yang berkaitan dengan novel Laskar Pelangi. 13Analisis mengenai novel Laskar Pelangi sebelumnya telah dilakukan, antara lain oleh Ahmad Shofi 2008 dalam analisisnya yang berjudul “Potret Pendidikan Kaum Marginal di Indonesia Sebuah Pembelajaran Hidup Analisis Terhadap Novel Laskar Pelangi” mengemukakan bahwa Pendidikan menjadi barang mewah yang harus diperjuangkan dengan segala keterbatasan di tengah himpitan ekonomi dan kemiskinan, serta dengan semangat dan ketegaran menghadapi permasalahan mengubur keterpurukan yang menghambat para tokoh dalam novel Laskar Pelangi. Persamaan penelitian ini dengan analisis di atas adalah penggunaan objek penelitian berupa novel Laskar Pelangi sedangkan perbedaan analisis di atas dengan penelitian ini adalah analisis di atas membahas potret pendidikan kaum marginal di Indonesia, sedangkan penelitian ini membahas mengenai dimensi sosial terkait dengan kesenjangan sosial dalam hal perekonomian dan difokuskan pada masalah kemiskinan. Djafar 2008 dalam analisisnya yang berjudul “Dari Aspek Saintifik Tetralogi Laskar Pelangi” mengemukakan bahwa Laskar Pelangi merupakan novel bergaya Saintifik karena mensastrakan Fisika, Kimia, Biologi dan Astronomi, adanya penegasan perbedaan antara Astronomi dan Astrologi dalam novel Laskar Pelangi, serta tokoh Mahar dan Flo yang mengidap over belief keimanan yang berlebihan yang tergabung dalam Societeit Limpai. 14Persamaan analisis tersebut dengan penelitian ini adalah menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai objek, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan analisis di atas adalah penelitian ini mengkaji dimensi sosial terkait dengan kesenjangan perekonomian dan difokuskan pada masalah kemiskinan sedangkan dalam analisis di atas mengkaji aspek saintifik. Jakob Sumardjo 2008 dalam analisisnya “Kritik Buku Biografi Atau Novel, Fakta Atau Fiksi?” pengamat sastra ini memberikan simpulan bahwa Laskar Pelangi sebagai biografi atau otobiografi Memoar dari sebagian apisode hidup Andrea Hirata, dan Laskar Pelangi merupakan realitas fakta kehidupan Andrea Hirata. Persamaan penelitian ini dengan analisis di atas adalah dalam hal penggunaan objek yaitu novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Perbedaan penelitian ini dengan analisis di atas terletak pada pokok bahasan yang dikaji, dalam penelitian ini mengkaji dimensi sosial terkait dengan kesenjangan sosial dalam bidang perekonomian dan difokuskan pada masalah kemiskinan, sedangkan dalam analisis di atas mengkaji tentang kritik buku, apakah Laskar Pelangi berupa biografi atau novel?, fiksi atau fakta? dapat disimpulkan bahwa Laskar Pelangi sebagai biografi atau otobiografi Memoar dari sebagian apisode hidup Andrea Hirata, dan 15G. Landasan Teori 1. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural dapat pula disebut dengan pendekatan intrinsik, yakni pendekatan yang berorientasi kepada karya sebagai jagad yang mandiri terlepas dari dunia eksternal di luar teks. Analisis ditujukan kepada teks itu sendiri sebagai kesatuan yang tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalin dan analisis dilakukan berdasarkan pada parameter intrinsik sesuai keberadaan unsur-unsur internal Siswantoro, 2005 19. Tujuan analisis struktural adalah membongkar, memaparkan, secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama membentuk makna Teeuw, 1984 135-136. Menurut Siswantoro 2005 20 pendekatan struktural membedah novel, misalnya dapat dilihat dari sudut plot, karakter, setting, point of view, tone, dan theme sebagaimana unsur-unsur itu saling berinteraksi. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap dirinya sendiri, atau bahkan usia lanjut. Sama seperti makna 16pengalaman manusia, tema membuat cerita lebih fokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Adapun cara yang paling efektif untuk mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya Stanton, 2007 37-42 Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Setiap karya fiksi setidak-tidaknya memiliki ‘konflik internal’ yang tampak jelas yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan lingkungannya. Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan Stanton, 2007 26-32. Mengenai tokoh, Semi 1988 39 mengemukakan bahwa pada umumnya fiksi mempunyai tokoh utama a central character yaitu orang yang ambil bagian dalam sebagian besar peristiwa dalam cerita, biasanya peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap terhadap diri tokoh atau perubahan pandangan kita sebagai pembaca terhadap diri tokoh tersebut. 17Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu hari, bulan, dan tahun, cuaca, atau satu periode sejarah Stanton, 2007 35. Pembahasan struktur novel Laskar Pelangi hanya terbatas pada masalah tema, alur, tokoh, dan latar. Alasannya adalah keempat unsur tersebut sesuai dengan tujuan penelitian dan objek yang dikaji yaitu mengenai dimensi sosial kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. Tema menentukan inti cerita dari novel tersebut, alur untuk mengetahui bagaimana jalan cerita, penokohan digunakan untuk mengetahui bagaimana karakteristik setiap tokoh sebagai landasan untuk menggali data kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. Menurut Nurgiyantoro 2007 37 langkah-langkah dalam menerapkan teori strukturalisme adalah sebagai berikut. a. mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, tokoh, latar, dan alur; b. menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui bagaimana tema, tokoh, latar, dan alur dari sebuah karya sastra; c. mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga diketahui 18d. menghubungkan masing-masing unsur sehingga diketahui tema, tokoh, latar, dan alur dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam analisis karya sastra, dalam hal ini novel, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan kemudian menghubungkan antara unsur intrinsik yang bersangkutan. 2. Teori Strukturalisme Genetik Dewasa ini telah banyak dikenal berbagai macam pendekatan dalam penelitian sastra salah satunya yaitu pendekatan strukturalisme genetik. Strukturalisme genetik adalah cabang penelitian dalam karya sastra yang tidak meninggalkan faktor genetik atau asal-usul diciptakannya sebuah karya yakni unsur sosial. Jadi strukturalisme genetik merupakan penggabungan antara struktural dengan sosiologi sastra. Strukturalisme genetik dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsur-unsur intrinsik. Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The Hien God a Study of Tragic Vision in The Pensees of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa Perancis terbit pertamakali tahun 1956 Ratna, 2006 121-122. 19Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis secara intrinsik dan ekstrinsik Ratna, 2006 123. Endraswara 2003 55-56 mengemukakan bahwa strukturalisme genetik adalah cabang penelitian sastra struktural yang tidak murni. Strukturalisme genetik merupakan penggabungan antara struktural dengan metode penelitian sebelumnya. Dalam beberapa analisis novel, Goldmann selalu menekankan latar belakang sejarah, karya sastra, disamping memiliki unsur otonom juga tidak bisa lepas dari unsur ekstrinsik. Teks sastra sekaligus mereprentasikan kenyataan sejarah yang mengkondisikan munculnya karya sastra. Sapardi Djoko Damono 1979 46 berpendapat bahwa “metode yang dipergunakan Goldmann untuk mencari hubungan karya dengan lingkungan sosialnya adalah strukturalisme historis, yang diistilahkannya sebagai “strukturalisme genetik yang digeneralisir”, Goldmann sebelumnya meneliti struktur-struktur tertentu dalam teks kemudian menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi sosial dan historis yang konkret dengan kelompok sosial dan kelas sosial yang mengikat si pengarang dan dengan pandangan dunia kelas yang bersangkutan. Penelitian strukturalisme genetik memandang karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik studi diawali dari kajian unsur 20intinsik. Kesatuan dan koherensinya sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya, karya dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, yang dapat mengungkapkan aspek siosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra Endraswara 2003 56. Lucien Goldmann dalam Nyoman Kutha Ratna, 2006 122 mengungkapkan bahwa “Struktur mesti disempurnakan menjadi stuktur bermakna, di mana setiap gejala memiliki ahli apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitas”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap unsur dalam karya sastra, baik itu unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya, masing-masing tidak dapat bekerja sendiri untuk menciptakan sebuah karya yang bernilai tinggi. Semua unsurnya harus melebur menjadi satu untuk mencapai totalitas makna. Untuk menopang teori tersebut Goldmann membangun seperangkat kategori yang saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk apa yang disebutnya sebagai strukturalisme genetik. Kategori-kategori itu adalah a Fakta kemanusiaan, b Subjek kolektif dan c Pandangan dunia pengarang dalam Faruk, 1994 12. 21Fakta kemanusiaan menurut Faruk 1994 12 adalah seluruh hasil perilakku manusia, baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta tersebut dapat berupa aktivitas sosial tertentu, aktifitas politik tertentu, maupun kreasikultural seperti filsafat, seni rupa, seni patung dan seni sastra. Fakta kemanusiaan pada hakikatnya ada dua, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta yang kedua memiliki peranan dan sejarah, sedangkan pertama tidak, sebab hanya merupakan hasil perilaku libidal seperti mimpi, tingkah laku orang gila, dan sebagainya. Goldman dalam Faruk, 1994 13 menjelaskan bahwa “ semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dari arti tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya dalam Faruk, 1994 13. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fakta kemanusiaan adalah seluruh hasil perilaku manusia yang mempunyai struktur dan arti tertentu yang berdasarkan pada fakta-fakta yang ada. b. Subjek Kolektif Goldmann dalam Faruk, 1994 14 mengemukakan bahwa fakta kemanusiaan, bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, 22melainkan merupakan hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Dalam hal ini subjek fakta kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu subjek individual dan subjek kolektif. Perbedaan itu sesuai dengan perpedaan jenis fakta kemanusiaan. Subjek individual merupakan subjek fakta indifidual libinal, sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial historis. Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar merupakan kenyataan sosial yang tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya adalah subjek transindividual. Subjek trans-individual adalah subjek yang mengatasi individu, yang di dalam individu hanya merupakan bagian. Subjek trans-individual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas. Menurut Goldmann dalam Faruk, 1994 15 kosep subjek kolektif atau trans-individual masih sangat kabur karena subjek kolektif itu dapat berupa kelompok kekerabatan, kelompok kerja, kelompok teritorial, dan sebagainya. Untuk memperjelasnya, Goldmann mengelompokkannya sebagai kelas sosial. Kelas sosial tersebut menurut Goldmann merupakan bukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembang sejarah umat manusia. 23c. Pandangan Dunia Pengarang Pandangan dunia merupakan istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial lainnya. Selain itu, dia juga berpendapat, bahwa pandangan dunia merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dengan situasi sekitarnya sebab pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba Goldmann dalam Faruk, 1994 16. Visi duniawi merupakan kesadaran kolektif terhadap totalitas pikiran yang ekspresinya dapat berupa aspirasi atau perasaan yang sama sekali bukan sekedar kenyataan empiris, itulah sebabnya, menurut Goldmann visi duniawi selalu muncul seiring dengan krisis sosial. Oleh karena itu sebagai pelopor strukturalisme genetik Goldmann beranggapan bahwa visi duniawi adalah ekspresi teoritik dari suatu kelas sosial pada saat bersejarah tertentu. Vision du monde selalu mencerminkan pandangan kelas sosial karena tumbuh dan berkembang dari situasi sosial-ekonomi tertentu yang dihadapi suatu komunitas Wibowo, 2003 30-31. Menurut Goldman dalam Suwardi Endraswara, 2003 57 karya sastra sebagai struktur memiliki makna merupakan wakil pandangan dunia penulis tidak sebagai individu melainkan sebagai 24anggota masyarakatnya. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa strukturalisme genetik merupakan penelitian sastra yang menghubungkan antara struktur sastra dengan struktur masyarakat melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikanya. Karena itu, karya sastra tidak akan dapat dipahami secara utuh jika totalitas kehidupan masyarakat yang telah melahirkan teks sastra diabaikan begitu saja. Pengabaian unsur masyarakat bisa mengakibatkan penelitian menjadi pincang. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan dunia adalah keseluruhan gagasan, aspirasi, dan perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial yang lain yang diwakili oleh pengarang sebagai bagian dari masyarakat. 3. Teori Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitin dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang merupakan asal-usulnya. Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan lain maka dilakukanlah pengembalian karya sastra di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan. Ratna 2006 332-333 25mengemukakan bahwa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat sebagai berikut a. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat. b. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat c. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetansi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan d. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etik, bahkan logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut. e. Sama dengan masyarakat, karya sastra dalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya. Tujuan dari Sosiologi Sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan Ratna, 2003 11 dalam hal ini karya sastra dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka 26empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial. Sosiologi sastra sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara sastra, sastrawan, dan masyarakat sangat penting karena Sosiologi Sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan lingkungannya serta kebudayaan yang menghasilkannya. Atmazaki 1990 7 menyatakan bahwa pendekatan Sosiologi Sastra mempunyai tiga unsur di dalamnya. Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut a. Konteks sosial pengarang Faktor-faktor yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra. Faktor-faktor tersebut antara lain mata pencaharian, profesi kepegawaian, dan masyarakat lingkungan pengarang. b. Sastra sebagai cerminan masyarakat karya sastra mengungkapkan gejala sosial masyarakat dimana karya itu tercipta dalam sastra akan terkandung nilai moral, politik, pendidikan, dan agama dalam sebuah masyarakat. 27Fungsi sastra dalam hal ini adalah nilai seni dengan masyarakat, apakah di antara unsur tersebut ada keterkaitan atau saling berpengaruh. Dari berbagai pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis Sosiologi Sastra bertujuan untuk memaparkan dengan cermat fungsi dan keterkaitan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra dari aspek kemasyarakatan pengarang, pembaca, dan gejala sosial yang ada. 4. Dimensi Sosial Dimensi sosial mencakup berbagai permasalah sosial yang dihadapi oleh manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, diantaranya adalah kesenjangan perekonomian dan kemiskinan. Kesenjangan perekonomian merupakan jurang pemisah atau ketidakseimbangan dalam tindakan berekonomi. Pemikir Jerman abad ke-19 memosisikan ekonomi di dua term yang hampir sama peradaban civilization dan kebudayaan culture. Menurut definisi ini, peradaban dimaknai sebagai produk fisik, teknologi, mekanik dan aspek kebendaan sedangkan kebudayaan lebih dimaknai lebih tinggi karena menyangkut intelektualitas, seni, moral dan spiritual. Ekonomi lebih dominan di tempatkan pada ruang peradaban, sehingga ekonomi kurang dihargai. Ekonomi dan kemiskinan menempati ruang kebudayaan karena sejatinya tidak berdiri sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Arthur lewis, penerima Hadiah Nobel Ekonomi tahun 281978, nilai-nilai yang dianut atau sistem budaya seseorang, kelompok atau suatu bangsa sangat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi, bergantung pada kemauan untuk melakukan ekonomisasi. Kemauan bergantung pada nilai-nilai yang mencerminkan kepercayaan yang umumnya bersumber pada agama diakses Jum’at, 24 Oktober 2008. Kemiskinan adalah hal yang selalu dihadapi manusia dan sama tuanya dengan permasalahan kemanusian serta merupakan sesuatu hal yang nyata. Menurut Suparlan 1993 xi kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong orang miskin. Pemahaman pengertian kemiskinan dalam ilmu-ilmu sosial dilakukan dengan tolok-ukur. Tolok-ukur yang umum dipakai adalah berdasarkan tingkat pendapatan per waktu kerja dan kebutuhan relatif per keluarga yang batasan-batasannya dibuat berdasarkan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidup layak. Ahli ilmu-ilmu sosial berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan kemiskinan adalah sistem ekonomi yang berlaku dalam 29masyarakat yang bersangkutan tetapi kemiskinan bukanlah suatu gejala yang terwujud semata-mata hanya karena sistem ekonomi. Kenyataannya, kemiskinan merupakan perwujudan dari hasil interaksi yang melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia dalam kehidupannya Suparlan, 1993 xi-xii. Kemiskinan dikategorikan atas 2 dua kelompok besar, yaitu kemiskinan temporer temporary poverty serta kemiskinan struktural structural poverty. Kemiskinan temporer ini adalah kemiskinan yang sifatnya sementara di mana suatu kali miskin dan suatu kali dapat melewati batas kemiskinan ketahap sejahtera. Kelompok yang masuk ke dalam kategori kemiskinan temporer ini masih memiliki peluang untuk masuk ke wilayah sejahtera walaupun tingkat sejahtera yang paling rendah. Kemiskinan struktural adalah suatu kondisi di mana sekelompok orang berada di dalam wilayah kemiskinan, dan tidak ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan, bahkan juga anak-anaknya. Mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan, penanggulangan kemiskinan struktural secara teoritis ada 2 dua hal, yaitu 1 gizi yang baik semasa balita, serta 2 pendidikan yang memadai. Dengan dua hal tersebut, kemiskinan struktural bisa diatasi perlahan-lahan diakses Jum’at 24 Oktober 2008. Kemiskinan struktural merupakan sebuah kemiskinan yang hadir dan muncul bukan karena takdir, bukan karena kemalasan, dan bukan karena karena nasab. Kemiskinan jenis ini, lanjut beberapa 30pakar adalah kemiskinan yang muncul dari suatu usaha pemiskinan, suatu usaha untuk menciptakan jurang semakin dalam antara yang kaya dengan yang miskin. Kemiskinan struktural, lanjut para pakar strukturalis, adalah kemiskinan yang timbul dari adanya korelasi struktur yang timpang, timbul dari tidak adanya hubungan yang simetris dan sebangun yang menempatkan manusia sebagai obyek. Kemiskinan struktural timbul karena adanya hegemoni karena adanya kebijakan negara dan pemerintah atau orang-orang yang berkuasa, sehingga orang yang termarjinalkan semakin termarjinalkan diakses Jum’at 24 Oktober 2008 Kemiskinan bukan hanya persoalan para ekonom, para politisi, ilmuwan sosial, dan para perencana pembangunan yang lebih banyak bersandar pada kekuatan teoretis, menghitung gross national product GNP dan naik turunnya angka kelahiran natality atau kematian mortality. Kemiskinan sejatinya merupakan persoalan multidimensional yang menyertakan kebudayaan, agama, nilai moralitas, dan adat istiadat. H. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian kualitatif hanya merupakan gambaran bagaimana setiap variabelnya dengan posisinya yang khusus akan dikaji dan dipahami keterkaitannya dengan variabel yang lain. Tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimana kerangka berpikir 31yang digunakan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. Dengan pemahaman peta secara teoritik beragam variabel yang terlibat dalam penelitian, peneliti berusaha menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel yang terlibat, sehingga posisi setiap variabel yang akan dikaji menjadi jelas Sutopo, 2002 141. Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang Novel Laskar Pelangi Sosiologi sastra Struktural Tema, penokohan, alur, dan setting Dimensi sosial Simpulan perekonomian dan Kesenjangan kemiskinan 32menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1990 31. Menurut Aminudin 1990 16, metode deskriptif kualitatif artinya yang menganalisis bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Penelitian kualitatif melibatkan ontologis. Data yang dikumpulkan berupa kosakata, kalimat, dan gambar yang mempunyai arti Sutopo, 2002 35. 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah unsur yang sama-sama dengan sasaran penelitian yang membentuk data dan konteks data Sudaryanto, 1988 30. Objek dalam penelitian ini adalah dimensi sosial terkait dengan kesenjangan perekonomian dan kemiskinan yang terdapat dalam novel LaskarPelangi karya Andrea Hirata. 3. Data dan Sumber Data a. Data Data dalam penelitian ini adalah data deskriptif yang berupa uraian cerita, ungkapan, pernyataan, kata-kata tertulis, dan perilaku yang diamati Arikunto, 1993 6. Data dalam penelitian kualitatif adalah data yang berupa data deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Laskar Pelangi Karya 33Andrea Hirata yang mengandung dimensi sosial terkait dengan kesenjangan sosial. b. Sumber Data Sumber data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, adapun data yang diperoleh dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut 1 Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data asli, sumber tangan pertama dari penyelidik. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus Surachmad, 1990 163. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi, terbit pada bulan Maret 2008, cetakan kedua puluh. Novel Laskar Pelangi terbit pertama kali pada bulan September tahun 2005. 2 Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang luar penyelidik, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya data asli Surachmad, 1990 163. Selain itu data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Data sekunder membantu peneliti dalam menganalisis data primer 34dalam sebuah penelitian berupa analisis di Internet dan buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Subroto 1992 34 data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam dalam arti luas yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih penulis. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa Sudaryanto dalam Mahsun, 2005 90. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yakni sasaran peneliti yang berupa teks novel Laskar Pelangi dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data Subroto, 1992 42. 35Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpukan data dengan berbagai teknik yang benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian. Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memiliki sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Penelitian ini menggunakan anggulasi data, yaitu melakukan cross check antara data yang satu dengan data yang lain. Lexy J. Moleong 2004 179 menyatakan bahwa teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Dengan menggunakan data perbandingan antara data dari sumber data yang satu dengan sumber data yang lain sehingga keabsahan dan kebenaran data akan diuji oleh sumber data yang berbeda. Data yang telah diperoleh dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang telah dianalisis sebelumnya, yang berhubungan dengan data yang diteliti, serta menggunakan pendapat para pakar sosiologi maupun sastra. Masing-masing data kemudian di cross check untuk menentukan kevalidan data. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis novel 36analisis data secara dialektik yang dilakukan dengan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam novel Laskar Pelangi dengan fakta-fakta kemanusiaan yang diintegrasikan ke dalam satu kesatuan makna. Untuk menganalisis karya sastra dengan pendekatan strukturalisme genetik, Goldmann kemudian mengembangkan sebuah metode yang disebutnya sebagai metode dialektik. Menurutnya, metode semacam ini merupakan metode yang khas dan berbeda dari metode positrius, metode intuitif, dan metode biografis yang bersifat psikologis Faruk, 1994 19. Goldmann dalam Faruk, 1994 20 mengungkapkan bahwa sudut pandang dialektik tidak pernah ada titik awal yang secara mutlak sahih, tidak ada persoalan yang secara final pasti terpecahkan. Oleh karenanya, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta memiliki arti jika ditempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan dapat dipahami dengan pengetahuan yang utuh. Keseluruhan gagasan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan, proses pencapain pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar terus menerus, tanpa diketahui titik pangkal ujungnya. Goldmann dalam Faruk, 1994 20 berpendapat bahwa kerangka berpikir secara dialektik mengembangkan dua unsur yaitu, 37bagian keseluruhan dan bagian penjelasan. Setiap fakta atau gagasan yang ada, ditempatkan pada keseluruhan atau kesatuan makna akan dapat dipahami dengan fakta atau gagasan yang membangun keseluruhan makna tersebut. Metode analisis data secara dialektik yang diungkapkan oleh Goldmann dalam Faruk, 1994 20 adalah penggabungan unsur-unsur intrinsik menjadi keseluruhan atau kesatuan makna yang akan dicapai dengan beberapa langkah, yaitu menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel. Teknik analisis data dalam strukturalisme genetik adalah metode dialektik dalam hal ini hubungan timbal balik antara struktur karya sastra dengan materialisme historis dan subjek yang melahirkan karya sastra Sangidu, 2004 29 . Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah 1. Menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan menggunakan analisis struktural. Analisis struktural dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang sudah diperoleh. Selanjutnya, mengelompokkan teks-teks yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yang mengandung unsur tema, tokoh, alur, dan latar. Hasil analisis dapat berupa kesimpulan tema, alur, tokoh, dan latar dalam novel Laskar Pelangi. 382. Analisis novel dengan tinjauan Sosiologi Sastra teori Lucien Goldmann dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang diperoleh selanjutnya mengelompokkan teks-teks yang mengandung fakta-fakta sosial yang ada dalam novel Laskar Pelangi dengan yang ada di luar novel Laskar Pelangi. 3. Analisis dimensi sosial kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada permasalahan kemiskinan dalam novel Laskar pelangi dan pandangan dunia Vision Du Monde Andrea Hirata sebagai pengarang. Penulisan Sistematika dalam penulisan sangat penting karena dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai langkah-langkah penelitian dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I pendahuluan memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari latar belakang sosial budaya pengarang, teori-teori sosial, latar belakang penciptaan, dan biografi pengarang yang memuat riwayat hidup pengarang, hasil karya pengarang, serta ciri khas kepengarangannya. 39Bab III memuat analisis struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang akan dibahas dalam tema, alur, penokohan, latar atau setting. Bab IV merupakan bab inti dari penelitian yang akan membahas dimensi sosial kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada permasalahan kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta analisis strukturalisme genetik tinjauan Sosiologi Sastra. BAB V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan dan saran, bagian terakhir skripsi terdapat lampiran serta daftar pustaka. 1dalam sebuah penelitian berupa analisis di Internet dan buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Subroto 1992 34 data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam dalam arti luas yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih penulis. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa Sudaryanto dalam Mahsun, 2005 90. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yakni sasaran peneliti yang berupa teks novel Laskar Pelangi dalam memperoleh data yang diinginkan. Hasil penyimakan kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data Subroto, 1992 42. 2Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpukan data dengan berbagai teknik yang benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian. Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memiliki sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Penelitian ini menggunakan anggulasi data, yaitu melakukan cross check antara data yang satu dengan data yang lain. Lexy J. Moleong 2004 179 menyatakan bahwa teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Dengan menggunakan data perbandingan antara data dari sumber data yang satu dengan sumber data yang lain sehingga keabsahan dan kebenaran data akan diuji oleh sumber data yang berbeda. Data yang telah diperoleh dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang telah dianalisis sebelumnya, yang berhubungan dengan data yang diteliti, serta menggunakan pendapat para pakar sosiologi maupun sastra. Masing-masing data kemudian di cross check untuk menentukan kevalidan data. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam penelitian ini adalah teknik 3analisis data secara dialektik yang dilakukan dengan menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam novel Laskar Pelangi dengan fakta-fakta kemanusiaan yang diintegrasikan ke dalam satu kesatuan makna. Untuk menganalisis karya sastra dengan pendekatan strukturalisme genetik, Goldmann kemudian mengembangkan sebuah metode yang disebutnya sebagai metode dialektik. Menurutnya, metode semacam ini merupakan metode yang khas dan berbeda dari metode positrius, metode intuitif, dan metode biografis yang bersifat psikologis Faruk, 1994 19. Goldmann dalam Faruk, 1994 20 mengungkapkan bahwa sudut pandang dialektik tidak pernah ada titik awal yang secara mutlak sahih, tidak ada persoalan yang secara final pasti terpecahkan. Oleh karenanya, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta memiliki arti jika ditempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan dapat dipahami dengan pengetahuan yang utuh. Keseluruhan gagasan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan, proses pencapain pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak yang melingkar terus menerus, tanpa diketahui titik pangkal ujungnya. Goldmann dalam Faruk, 1994 20 berpendapat bahwa kerangka berpikir secara dialektik mengembangkan dua unsur yaitu, 4bagian keseluruhan dan bagian penjelasan. Setiap fakta atau gagasan yang ada, ditempatkan pada keseluruhan atau kesatuan makna akan dapat dipahami dengan fakta atau gagasan yang membangun keseluruhan makna tersebut. Metode analisis data secara dialektik yang diungkapkan oleh Goldmann dalam Faruk, 1994 20 adalah penggabungan unsur-unsur intrinsik menjadi keseluruhan atau kesatuan makna yang akan dicapai dengan beberapa langkah, yaitu menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel. Teknik analisis data dalam strukturalisme genetik adalah metode dialektik dalam hal ini hubungan timbal balik antara struktur karya sastra dengan materialisme historis dan subjek yang melahirkan karya sastra Sangidu, 2004 29 . Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah 1. Menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan menggunakan analisis struktural. Analisis struktural dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang sudah diperoleh. Selanjutnya, mengelompokkan teks-teks yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yang mengandung unsur tema, tokoh, alur, dan latar. Hasil analisis dapat berupa kesimpulan tema, alur, tokoh, dan latar dalam novel Laskar Pelangi. 52. Analisis novel dengan tinjauan Sosiologi Sastra teori Lucien Goldmann dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang diperoleh selanjutnya mengelompokkan teks-teks yang mengandung fakta-fakta sosial yang ada dalam novel Laskar Pelangi dengan yang ada di luar novel Laskar Pelangi. 3. Analisis dimensi sosial kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada permasalahan kemiskinan dalam novel Laskar pelangi dan pandangan dunia Vision Du Monde Andrea Hirata sebagai pengarang. Penulisan Sistematika dalam penulisan sangat penting karena dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai langkah-langkah penelitian dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I pendahuluan memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari latar belakang sosial budaya pengarang, teori-teori sosial, latar belakang penciptaan, dan biografi pengarang yang memuat riwayat hidup pengarang, hasil karya pengarang, serta ciri khas kepengarangannya. 6Bab III memuat analisis struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang akan dibahas dalam tema, alur, penokohan, latar atau setting. Bab IV merupakan bab inti dari penelitian yang akan membahas dimensi sosial kesenjangan perekonomian yang difokuskan pada permasalahan kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata serta analisis strukturalisme genetik tinjauan Sosiologi Sastra. BAB V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan dan saran, bagian terakhir skripsi terdapat lampiran serta daftar pustaka.
ContohTeks Ulasan Novel. Laskar pelangi merupakan novel best seller karya Andrea hirata yang diterbitkan oleh penerbit Bentang pustaka sekitar pertengahan tahun 2005 silam. Novel ini menceritakan kisah perjuangan dan persahabatan 10 orang siswa SD Muhammadiyah di belitong untuk tetap bersekolah dengan segala keterbatasan yang ada. Vouspouvez profiter des détails de Laskar Pelangi 2 : Edensor - Official Trailer MP3 simplement en cliquant sur le lien de téléchargement ci-dessous sans publicités ennuyeuses. di dalam dan luar negeri berdasar pada fakta dan informasi. Program ini juga akan membahas berita dari dunia musik, film, fashion, seni, biografi, dan event . 499 54 337 68 493 312 373 0

fakta novel laskar pelangi